Gadis dekat Jendela

cewek_kartun

Hawa dingin makin menggila. menusuk-nusuk sampai ke tulang belulang.

Min Woo sudah bersiap dengan melakukan scene lanjutan dalam dramanya.

syuting kali ini diambil disebuah cafe di kota seoul, Caffe Bene’.

Caffe ini memiliki design yang artistik, perabotan yang dipakai kebanyakan terbuat dari kayu dan kursi rotan.

Pengunjung yang melihatku memasuki Caffe histeris dan meminta foto dan tanda tangan. assiten sutradara langsung turun tangan.  Merekapun diarahkan sebagai piguran dadakan. usai scene, mereka kembali mendekatiku. Meskipun enggan, aku harus meladeni permintaan mereka untuk foto bersama.Selain untuk promosi drama, seorang selebriti harus menjaga sikap kalau tidak ingin dapat ultimatum dari fans lalu menuai masalah.

Semua pengunjung usai foto bersamaku kecuali satu, gadis yang asyik dengan aktivitasnya sendiri, mencorat-coret di buku di buku. entah dia menulis atau membuat sketsa. ia tidak pernah menatap kearahku. ia juga mengacuhkan kegiatan syuting. benar-benar tenggelam dalam dunianya sendiri.

****

Scene bertemu dengan pemeran gadis di caffe di ambil. caffe yang sama. pengunjung tidak seramai saat syuting pertama di caffe ini. Mungkin karena malam makin larut dan cuaca bukan main dinginnya. bulir-bulir salju berjatuhan menambah penjelasan betapa dinginnya keadaan sekarang yang bagai berada dalam ruang pendingin  lemari es. Siap membekukan.

Satu yang tetap sama dalam syuting ke duaku. Gadis itu!

Di tempat yang sama. Posisi yang Sama. Menu yang dipesan sama. Untung bajunya, tidak.

Kalau ikut sama, aku akan mengira dia tidak bergerak dari tempatnya sejak Syuting tiga malam lalu.

Mengacuhkan! begitulah sampai syuting berakhir.

****

Memasuki episode klimas, aku semakin banyak scen di caffe ini. Aku harus bertengkar dengan lawan mainku disini. membujuknya disini. Dan mengenang hal-hal mengesangkan, di caffe ini juga.

Itu artinya, aku semakin sering berada disini.

dan si Sutradara menset waktu pengambilan scene-nya harus malam hari di jam yang sama pada saat syuting sebelumnya.

Semakin sering juga aku melihat pemandangan yang kunilai ganjil dari gadis yang selalu mengambil tempat di dekat jendela itu.

Di satu kesempatan, aku tidak tahan untuk tidak menegurnya.

” Hai.”

aku menarik kursi persis di hadapannya. ” kelihatannya kau sering datang kemarin.”

” Ya.” sahutnya datar. tidak ada keterkejutan di wajahnya. sangat biasa.

Sikapnya langsung merontokkan kepercayaan diriku.

Dia tidak mengenalku? aku peraih pernghargaan aktor terbaik. aktor terpopuler tahun ini.

atau aku memang tak sepopuler yang kukira.

” Tidak mengenalku?.” pertanyaan konyol dari seorang aktor ternama yang krisis kepercayaan diri.

” Kim Min Woo. lahir 20 april 1992.  suka warna hijau, benci jamur. Alergi cumi-cumi. pemeran utama the House secret. great master. Last memory. album solo, It’s Me. peraih penghargaan aktor terbaik di festival film Asia. Aktor terpopuler di Seoul Film.” Kalimat itu meluncur dengan lancar dari bibirnya. Jelas aku terperangah. ia mengenalku sangat detail.

” Aku melakukan scene drama beberapa kali disini dan aku selalu melihatmu berada di meja ini. maaf, kalau aku lancang tapi aku….” agak ragu melanjutkannya. terkesan ikut campur dalam kehidupan pribadi orang lain. tetap saja rasa penasaran merajaiku.

” Jujur, agak aneh menurutku.”

” Apa itu mengganggumu?.”

” Oh…tidak sama sekali.”

” Lalu?.”

“….” Lidahku langsung keluh mendapat respon seperti itu.

Atau jangan-jangan dia Antis-ku.

” Apa kau salah satu….antisku?.” Tanyaku pelan.

” Bukan.”

” Ke…

” Min woo! kita lanjut ke scene berikutnya.” teriak sutradara Choi.

aku tidak jadi melanjutkan perbincanganku. Segera kutinggalkan dia setelah memberi hormat. membungkuk. Fans yang melihatku langsung histeris karena menganggap aku sangat sopan. mereka tidak tahu saja bagaimana arogannya aku sebenarnya.

*****

untuk syuting episode terakhir, aku masih perlu mengambil dua scen di Caffe itu. harusnya judul dramaku diambil dari caffe itu saja, saking seringnya berada di Caffe Bene’.

Gadis itu masih sama.

setelah menegurnya beberapa hari lalu, aku tidak merasa canggung berdialog dengannya.

” Bertemu lagi.”

aku menghampirinya di tengah-tengah break syuting.

” Ya.” Jawaban singkat itu melayang tenang.

” Kalau kau mengetahuiku sebagai Kim Min Woo, kenapa kau tidak menegurku?.”

” Aku tidak punya alasan untuk menegur anda.”

Aku tidak menyangka akan mendapat jawaban seperti itu. speechless.

” Apa dia fansmu?.”

Kang Hara, lawan mainku ikut bergabung. Ia terkesan angkuh dan berlebihan. Sangat tidak kusukai. kami jarang berbincang kecuali kalau bukan dia yang menyapaku lebih awal. sering, aku menghindarinya. Kalau tidak ingat etik seorang Aktor, Profesionalitas. aku bisa saja menolak untuk bermain dengannya.

” Itu…..”

aku mencari alasan untuk menjawab. Ia mengumbar senyum palsunya dan gadis itu biasa saja. tidak membalas atau memberi hormat.

satu nada dering terdengar dan itu berasa dari ipod si gadis yang sampai sekarang tak kuketahui namanya. mungkin, ini bisa menjadi kesempatan untuk mendapatkan informasi tentangnya yang sangat menggelitik rasa ingin tahuku. setidaknya, sepotong namanya.

” saya sudah selesai. sampai ketemu.” Hanya itu yang terucap darinya. diturunkan tangannya pertanda percakapannya dengan seseorang diseberang sana telah berakhir.

buku yang sedari tadi terbuka di depannya ia tutup.

” Maaf, saya pergi dulu.”

untuk pertama kalinya, ia pergi lebih awal. Biasanya, sampai syuting berakhir dan kami meninggalkan Caffe dia masih disana.

Sutradara Choi juga berteriak untuk mengulang syuting karena Kang Hara banyak melakukan kesalahan

” Bukankah, dia sangat tidak sopan? dia pergi begitu saja.” Kata Kang Hara, mengomentari gadis itu. Aku meninggalkannya.

*****

Ini scene terakhir. sekaligus episode terakhir. seperti biasa, kami syuting di Caffe yang sama, di waktu yang sama.

satu yang berbeda, gadis itu sudah tidak ada.

****

Drama yang kuperankan mendapat polling tertinggi. ini membuatku laris menjadi tamu talk show.

biasanya, aku tidak memberikan jawaban detail tentang wanita idealku. Bukan karena itu urusan private semata. tapi, aku tidak memiliki wanita ideal apapun.  Walaupun, aku pernah beberapa kali menjaling hubungan dengan sesama aktris atau sosialita yang hanya berumur jagung. tidak benar-benar jatuh cinta. sekedar menepis rumor tak sedap, pecinta sesama jenis atau sekedar menyenangkan fans.

” Wanita idaman, ya?.” kuulang pertanyaan Lee seung Joo. si presenter.

” Dia wanita berambut hitam panjang, putih, tenang, suka membaca, dan punya pengetahuan banyak tentangku.”

otakku langsung menampilkan gadis di dekat jendela itu, gadis yang sering kulihat di Bene’ Caffe.

*****

***

8 tanggapan untuk “Gadis dekat Jendela”

Tinggalkan komentar