KATA PENGANTAR

Segala puji atas kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan hidayah-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.

Terima kasih tak terhingga pada rekan-rekan yang tidak sempat kami sebutkan satu – persatu yang telah sudih meluangkan waktunya untuk membantu penulis.

Penulis menyadari bahwa makalah “ seminar gizi” ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, diharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun.

Akhirnya, penulis dapat mempersembahkan makalah ini sebagai salah satu tugas kuliah. Semoga dapat bermanfaat, baik kepada diri sendiri secara khusus maupun kepada teman-teman pada umumnya

Penulis

Peningkatan Kesadaran Ibu Menyusui

Terhadap ASI EKSKLUSIF

(Studi Kasus Puskesmas Padongko)

(Kab. Barru)

ROSXXX

Nim : 213XXXX

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Makassar

( S T I K )

ABSTRAK

Pentingnya ASI Eksklusif memang harus menjadi perhatian dan tanggung jawab sebagai orang tua juga harus mulai menyadari akan dampak pada si bayi jika ASI EKSKLUSIF ini tidak diberikan pada bayi dengan maksimal. Pertumbuhan bayi pada usia 0 – 6 bulan bisa sangat terhambat dan kemungkinan besar juga bayi tidak sehat.

Seperti kita ketahui bersama dengan ibu memberikan ASInya secara maksimal, maka otomatis sang ibu akan mentransfer imunitasnya kepada si bayi. Sehingga apabila ibu sehat maka bayi juga sehat. Kita harus coba bersama-sama memberikan pemahaman pada masyarakat (ibu menyusui) untuk melindungi hak bayi dalam memperoleh ASI EKSKLUSIF. Minimnya tingkat kesadaran ibu menyusui terhadap ASI EKSKLUSIF dikarenakan kurangnya penyuluhan terhadap atau diberikan kepada ibu menyusui. Informasi yang seharusnya dapat diperoleh dari konseling ASI di institusi kesehatan tidak maksimal. Pendampingan Inisiasi Menyusui Dini (IDM) tidak sepenuhnya sesuai prosedural.

Kata Kunci : ASI EKSKLUSIF, inisiasi Menyusui Dini (IDM)

PENDAHULUAN

  • Latar Belakang

Di Indonesia masalah gizi buruk hingga saat ini masih belum teratasi. Salah satu masalah gizi yang paling utama pada saat ini, di Indonesia kurang kalori dan protein. Hal ini masih banyak ditemukan pada bayi dan anak yang masih kecil. Keadaan ini karena anak dan bayi merupakan golongan rentan. Pertumbuhan dan perkembangan bayi sebagian besar ditentukan oleh jumlah ASI yang diperoleh termasuk energi dan zat gizi lainnya yang terkandung didalam ASI. Namun banyak ibu yang mengganti ASI dengan susu formula padahal itu sangatlah tidak baik untuk bayi.

Bayi umumnya diberikan ASI hingga usia enam bulan. Setelah itu, ASI hanya berfungsi sebagai sumber protein, vitamin dan mineral. Tetapi banyak ibu-ibu hanya memberikan ASI selama tiga (3) bulan saja dikarenakan kepentingan pekerjaan. Pemberian ASI semaksimal mungkin merupakan kegiatan penting dalam pemeliharaan dan tumbuh kembang bayi.

  • Rumusan Masalah
  • Apa manfaat ASI EKSKLUSIF ?
  • Mengapa ibu menyusui tidak memberikan ASI EKSKLUSIF pada bayinya?
  • Bagaimana caranya meningkatkan kesadaran ibu-ibu menyusui terhadap pentingnya ASI EKSKLUSIF?
  • Metode Penelitian
    • Desain dan Jenis Penelitian

Desain penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan studi kasus yang bermaksud untuk memperoleh informasi yang luas dan mendalam mengenai ibu menyusui yang memberikan ASI EKSKLUSIF dan yang tidak memberikan ASI EKSKLUSIF

  • Lokasi Penelitian

Puskesmas Padongko, Kab. Barru

  • Informan Penelitian

Penelitian ini ditujukan untuk mempelajari karakteristik yang diteliti kepada informan, dengan tehnik pengambilan informan adalah metode purposive sampling untuk memilih informan yang dianggap layak yang terdiri dari informan petugas kesehatan di kamar bersalin di Puskesmas Padongko dan informan ibu post partum rawat inap sebanyak 1 orang, dan ibu menyusui yang datang menimbang bayinya.

  • Pengumpulan data

Pengumpulan data yang diperoleh dengan strategi triangulasi yaitu penggalian data dari berbagai sumber.

HASIL PENELITIAN

Informan yang dijadikan sumber dalam penelitian antara lain :

  • Ibu menyusui sebanyak 4 (empat) orang yang masing-masing berprofesi sebagai ibu rumah tangga 1 orang, biduan 1 orang, pekerja kantoran 2 orang.
  • Petugas kesehatan Padongko Kab. Barru 2 orang
  • Pelaksanaan Konseling ASI EKSKLUSIF

Pelaksanaan Konseling ASI EKSKLUSIF seharusnya dilakukan sejak masa kehamilan berupa pemberian informasi atau penyuluhan tentang ASI EKSKLUSIF secara rutin dan berkesinambungan, bukan hanya dimulai sejak masa persalinan atau ketika bayinya sudah lahir saja.

Setelah di kamar bersalin petugas diharapkan hanya untuk melanjutkan pendampingan ibu selama proses menyusui samapai bisa melakukannya secara mandiri dan ASInya keluar dnegan lancar tanpa masalah yang berarti. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara sebagai berikut :

Konseling ASI seharusnya dilakukan dari awal mulai dari masa kehamilan secara rutin sampai melahirkan. Kemudian setelah melahirkan dilanjutkan dengan mendampingi ibu selama proses menyusui sampai ASInya lancar dan ibu bisa mandiri menyusui bayinya minimal enam bulan sampai dua tahun atau bahkan lebih.” (HN. Petugas kesehatan)

“ Waktu hamil, saya rutin melakukan pemeriksaan kehamilan, hanya ditimbang, diberikan susu untuk orang hamil tapi tidak pernah diberitahukan soal menyusui.” (SLM, Kantoran)

Ndak tau’ka soal itu (ASI EKSKLUSIF) karena periksa kandungan saja jarang, paling kalau ada keluhan saja.” ( IRN, Biduanita)

Konseling laktasi kita berikan’ji disini begitu datang pasiennya setelah ibunya melahirkan ta[i memang kita tidak lakukan waktu mulai hamilnya karena kita bukan petugasnya jadi datangpi dikamar bersalin sini baru kita kasi’ki penyuluhan tentang pentingnya pemberian ASI untuk bayinya.”

( HN, petugas kesehatan)

“ Petugas kesehatan di RS dan Puskesmas yang pernah saya datangi untuk periksa kandungan memang pernah ada yang menyarankan untuk memberikan ASI EKSKLUSIF untuk anakku, minimal enam bulan. Tapi, saya lebih banyak tahu tentang ASI EKSKLUSIF dari saudara dan teman-teman yang lebih pengalaman, sudah tua dan punya banyak anak. Saya juga masuk di forum-forum diskusi online dan komunitas anak bunda, dari sana saya mendapat banyak informasi tentang ASI EKSKLUSIF.”

( YL, ibu rumah tangga/ pengusaha)

  • Pendampingan Inisiasi Menyusui Dini ( IMD)

Pelaksanaan pendampingan IMD yang dilakukan di kamar bersalin tidak sesuai dengan protap ( prosedur tetap) asuhan persalinan normal ( APN) yakni segera setelah melahirkan atau setelah bayi dilahirkan, langsung ditengkurapkan diatas perut ibu skin to skin untuk bayinya mencari sendiri puting payudara ibu, kemudian menyusu di ibunya. Namun yang dilakukan adalah proses menyusuinya setelah penanganan terhadap bayinya, yakni setelah ditimbang, dibungkus terlebih dahulu baru diberikan kepada ibunya untuk disusui dengan alasan situasi dan kondisi ibu dan bayi tidak mendukung.

Berikut wawancaranya:

IMD itu setelah bayinya lahir langsung ditengkurapkan di dada ibunya untuk diteteki. Tapi kalau kepepet tidak semuanya langsung bisa dilakukan begitu karena harus lihat situasi dan kondisi ibu dan bayinya juga. Kalau yang lemah atau pendarahan atau yang butuh penanganan langsung maka bayinya langsung ditindaki dulu. Nanti setelah ditimbang dan dibungkus baru diberikan ke ibunya untuk diteteki dengan keadaan sudah terbungkusmi.”

(WR, petugas kesehatan)

waktu melahirkan, bayi saya sudah diselimuti baru diberikan untuk disusui. Tapi, tidak ada ASIku, adaji tapi sedikit sekali. Petugas disana menyarankan untuk memberikan susu formula saja.” ( SLM, kantoran)

  • Beberapa alasan ibu menyusui tidak memberikan ASI EKSKLUSIF pada bayinya.

Saya berikan susu formula sejak melahirkan, karena ASI saya sangat sedikit. Payudara saya juga sakit (lecet-lecet). Lagipula, sekarang sudah adaji susu formula untuk bayi 0 – 6 bulan. Katanya, samaji kandungannya dengan ASI. Saya juga tidak repot kalau bekerja.”

( SLM, Kantoran)

“ Saya tidak menyusui anakku. Suapaya penampilan tetap oke (terjaga). Nanti payudara saya kendor. Na’pekerjaanku butuh penampilan yang oke.” ( IRN, biduanita)

“ Karena saya bekerja dikantor dari pagi sampai sore. Jadi, saya tidak bisa memberikan ASI secara maksimal pada bayiku. Nanti malam hari atau hari libur saja. Kalau hari-hari lainnya saya bantu dengan susu formula.” ( KS. Kantoran)

Saya memberikan Asi anak saya sampai umur satu tahun. Setelah itu, baru dibantu dengan susu formula sampai dua tahun.Kemudian saya berikan susu formula secara total sampai sekarang (masuk usia empat tahun). Kalau pergi-pergi atau kalau lagi sibuk, saya pompa ASI saya dan simpan di kulkas.” (YL, ibu rumah tangga/ pengusaha)

PEMBAHASAN

Berdasarkan wawancara yang kami lakukan dengan beberapa ibu menyusui yang kami temui di Puskesmas Padongko, Kab. Barru daan petugas kesehatan disana. Dapat kita ketahui bahwa pengetahuan mereka ( para ibu hamil dan menyusui) sangat minim akan pentingnya ASI EKSKLUSIF untuk tumbuh kembang anak.

Hal ini dikarenakan oleh tidak mendapat Konseling ASI EKSKLUSIF dengan maksimal. Harusnya, pemberian Konseling ASI EKSKLUSIF dilakukan secara berkala dan berkesinambungan, mulai dari masa kehamilan, persalinan sampai masa nifas.

Namun kenyataannya, ibu – ibu hamil tidak diberikan penyuluhan saat mereka memeriksakan kandungannya. Petugas kesehatan hanya memberikan penjelasana singkat saat mereka melakukan persalinan di tempata tersebut.

Belum lagi, tatacara pelaksanaannya yang dilakukan oleh petugas yang tidak kompeten yakni, petugas yang telah mengikuti pelatihan dan mendapatkan sertifikasi sebagai konselor laktasi.

Dalam penelitian yang dilakukan di Ghana oleh Aidam ( 2011) bahwa Konseling Laktasi dan Pelatihan Konseling Gizi bagi ibu dapat meningkatkan pemberian ASI EKSKLUSIF pada bayi 0 – 6 bulan.

Penelitian serupa juga dilakukan oleh Paula,dkk ( 2006) yang menyatakan bahwa Konseling Laktasi Ibu dapat Insiden Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dan penelitian Buhari, dkk (2011) melaporkan bahwa dengan adanya pemberian Edukasi IMD kepada ibu aka terjadi peningkatan pengetahuan ibu tentang IMD dan perubahan sikap ibu akan berubah menjadi positif terhadap IMD.

Adapun pelaksanaan pendampingan IMD yang dilakukan di Puskesmas Padongko, Kab. Barru tidak maksimal karena tidak dilakukan sesuai prosedur tetap IMD yang berlaku. Ibu post Partum tidak diberikan kesempatan IMD segera setelah melahirkan dengan alasan situasi dan kondisi ibu dan anak yang tidak memungkinkan. Sehingga proses menyusui pertama hanya dilakukan setelah penanganan ibu dan bayinya yang bisa jadi membutuhkan waktu yang lebih lama dari seharusnya. Yakni satu (1) jam pertama pasca melahirkan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Dewi (2009) didapatkan bahwa salah satu alasan kegagalan praktik pemberian ASI EKSKLUSIF yakni karena belum adanya praktik pemberian ASI pada satu (1) jam pertama setelah melahirkan.

Tidak tersampainya informasi tentang ASI EKSKLUSIF membuat ibu – ibu hamil dan ibu menyusui tidak tahu tentang ASI dan manfaatnya. Padahal, pemberian ASI EKSKLUSIF sangat bermanfaat bagi bayi atau anak dan si ibu itu sendiri.

ASI EKSKLUSIF menurut WHO adalah pemberian ASI saja tanpa tambahan cairan lain baik susu formula, air putih, air jeruk maupun makanan tambahan lain yang diberikan saat bayi baru lahir sampai berumur enam (6) bulan.

ASI adalah satu jenis makanan yang mencukupi seluruh unsur kebutuhan bayi baik fisik, psikologi, sosial, maupun spiritual. ASI mengandung nutrisi, hormon, unsur kekebalan pertumbuhan, anti alergi, serta anti implamasi. Nutrisi dalam ASI mencakup hampir 200 unzur zat makanan ( Hubertin, 2004)

Padahal, kalau saja Konseling ASI EKSKLUSIF maksimal,   para ibu – ibu mengetahui manfaat ASI EKSKLUSIF seperti yang diutarakan oleh Roesli, 2000.

Ketika bayi berusia 0 – 6 bulan, ASI bertindak sebagai makanan utama bayi, karena mengandung dari 60% kebutuhan bayi. ASI merupakan komposisi makanan ideal untuk bayi. Pemberian ASI dapat mengurangi resiko infeksi lambung dan usus, sembelit serta alergi. Bayi yang diberikan ASI lebih kebal terhadap penyakit daripada bayi yang tidak diberikan ASI.

ASI dapat menaikkan berat badan secara cepat dan mempercepat pertumbuhan sel otak, tingkat kecerdasan bayi yang diberikan ASI lebih tinggi 7 – 9 poin dibandingkan bayi yang tidak diberi ASI.

Isapan bayi dapat membuat rahim menciut, mempercepat kondisi ibu untuk kembali ke masa pra kehamilan, serta mengurangi resiko pendarahan. Lemak yang ditimbun disekitar panggul dan paha pada masa kehamilan akan berpindah ke dalam ASI, sehingga ibu lebih cepat langsing kembali. Resiko terkena kanker rahim dan kanker payudara pada ibu menyusui lebih rendah. ( Dwi Sunar, 2009)

Ini tentu membantah pendapat ibu menyusui yang mengira atau berpikir penampilannya akan kurang baik bila menyusui anaknya.

Hal lain yang didapat dari penelitian ini adalah informasi mengenai ASI EKSKLUSIF dapat diperoleh, bukan hanya dari petugas kesehatan semata. Namun juga, bisa didapat dari lingkungan dan bantuan media sosial yang sebagian besar dapat dilakukan oleh masyarakat.

Oleh sebab itu, ibu – ibu diharapkan untuk tidak bersikap apatis dalam mencari informasi kesehatan mengenai ibu dan anak.

KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan diatas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

  • Konseling tentang ASI EKSKLUSIF yang tidak maksimal memberikan efek kurangnya kesadaran ibu – ibu menyusui dalam memberikan ASI EKSKLUSIF bayi mereka.
  • Pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) yang dilakukan petugas kesehatan tidak sesuai prosedural mempengaruhi tingkat kesuksesan kesadaran pemberian ASI EKSKLUSIF
  • Tidak adanya penyuluhan tentang ASI EKSKLUSIF membuat ibu-ibu tidak mengetahui apa itu ASI EKSKLUSIF dan manfaatnya
  • Keaktifan ibu dapat menambah wawasan akan ASI EKSKLUSIF yang bisa diperoleh di media-media sosial.

DAFTAR PUSTAKA

Aidam. ( 2011 ). Perbedaan Berat Badan Bayi Usia 6 bulan yang diberikan

ASI Eksklusif dan Non ASI Eksklusif di Desa Keniten, Kecamatan Mojo Kabupaten Kediri. Jurnal penelitian Kesehatan Suara Forikes. Jakarta

Buhari, dkk. ( 2011). Pengaruh Karakteristik dan Motivasi Bidan Praktek

Terhadap Pemberian Susu Formula Pada Bayi Baru Lahir di Klinik Bersalin Kota Medan. Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara. Medan

Dewi ( 2009). Faktor – faktor yang mempengaruhi kegagalan pemberian

ASI Eksklusif Pada Ibu Bekerja (Studi Kualitatif di Tempat Penitipan Anak Dian Darma Putra) Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Medan

 

 

Tinggalkan komentar